Skip to main content

Pengaruh Pendidikan Lingkungan Terhadap Minimalisasi Kebiasaan Buang Sampah Sembarangan Di Dusun Wini, Kelurahan Humusu C, Nusa Tenggara Timur, 2012

oleh :Tri Octavianti

22 Juni 2012, pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Kelurahan Humusu C, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT),  dalam rangka Kuliah Kerja Nyata Universitas Indonesia (K2N UI) 2012. Pengalaman luar biasa untuk mengabdi dan melihat langsung saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Indonesia, dengan segala keterbatasan yang ada di sana. Akses untuk sampai di Kelurahan Humusu C melalui jalan darat dapat ditempuh selama delapan (8) jam dari Kupang, Ibukota Provinsi NTT. Kelurahan Humusu C terdiri dari empat dusun yakni Dusun Wini, Dusun Maesmolo, Dusun Temkuna, dan Dusun Manufonu. Kelurahan Humusu C merupakan daerah perbatasan Republik Indonesia (RI) – Republik Demokrasi Timor Leste (RDTL) dengan dusun yang berbatasan langsung ialah Dusun Wini. Selain itu, Kelurahan Humusu C merupakan wilayah pegunungan sekaligus terletak di pinggir pantai yang memiliki pemandangan indah. Akan tetapi, satu hal yang merusak keindahan hal tersebut yakni sampah-sampah yang berserakan di lingkungan sekitar yang dibuang sembarangan oleh para warga setempat karena ketiadaan tempat sampah dan tempat pengelolaan akhir (TPA). Dengan demikian, pendidikan lingkungan baik melalui pendidikan formal maupun informal perlu diberikan sebagai solusi alternatif minimalisasi kebiasaan buang sampah sembarangan.
Sebelum menjelaskan pengalaman saya selama di sana, saya akan terlebih dahulu menjelaskan mengenai apa itu K2N UI dan program apa yang saya lakukan. K2N UI merupakan salah satu wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian masyarakat. K2N UI memiliki beberapa program kerja, salah satunya ialah Rumah Kreatif, yang merupakan program kerja saya selama K2N UI di sana. Rumah Kreatif memiliki beberapa tujuan antara lain: (1) sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah perbatasan, (2) menambah wawasan pengetahuan dan informasi masyarakat melalui fasilitas buku-buku yang disediakan serta meningkatkan minat baca masyarakat, dan (3) sebagai wadah untuk menggali dan mengembangkan potensi diri serta mengasah kreativitas baik dalam bidang seni maupun bidang-bidang lain. Adapun sasaran program Rumah Kreatif ialah seluruh masyarakat di Kelurahan Humusu C mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Selama tiga minggu saya beserta dua belas rekan K2N UI 2012 lainnya tinggal di Dusun Wini. Sebagai mahasiswi Kesehatan Lingkungan, saya merasa miris dengan kondisi lingkungan di Kelurahan Humusu C terutama di Dusun Wini yang sangat jelas sekali keberadaan tumpukan sampah yang dibuang sembarangan. Sampah-sampah tersebut tersebar di sepanjang jalan baik di dalam pekarangan rumah, saluran air, maupun di kebun-kebun. Setelah beberapa hari saya mengamati keadaan di sana, ternyata tidak ditemukan satu tempat sampah pun di sepanjang jalan Kelurahan Humusu C seperti yang ada di Jakarta pada umumnya. Tempat sampah hanya ditemukan di tempat-tempat tertentu seperti Kantor Kelurahan Humusu C, Kantor Kecamatan Insana Utara, dan Puskesmas Wini. Saya pun sangat kesulitan sekali untuk membuang sampah sehingga setelah jajan di sana setelah melaksanakan program, saya selalu membawa sampah-sampah tersebut di saku saya. Lalu, setibanya di tempat-tempat tersebut, saya baru membuangnya. Mungkin terlihat sangat simpel membawa sampah-sampah tersebut di saku lalu baru membuangnya. Namun, percayalah, tidak semua orang akan mampu melaksanakan itu semua. Jika hal kecil tersebut tidak dilakukan, maka masalah besar dapat terjadi. Buktinya, sampah-sampah kecil yang dibuang sembarangan lama-lama menjadi tumpukkan sampah yang banyak. Berdasarkakn informasi yang saya dapatkan dari salah satu warga di Dusun Wini, apabila hujan terjadi (umumnya sekali setahun), maka banjir yang berpotensi menyebabkan penyakit seperti leptospirosis dan diare akan terjadi. Sebab, jembatan di bawah sungai yang kering pada musim kemarau tersebut penuh sekali dengan tumpukkan sampah yang dibuang oleh warga-warga di sana.
Selama menjalani program, tak sedikit saya mendapati langsung fenomena anak-anak, remaja, hingga dewasa yang membuang sampah sembarangan di jalan atau di pantai sambil mereka berjalan kaki atau naik kendaraan. Sesuatu hal yang sangat biasa dilakukan sepertinya bahkan kebiasaan ini sudah mendarah daging. Jika hal buruk ini terus-menerus dibiarkan, maka jelas hal ini akan berdampak pada generasi-generasi seterusnya. Saya yakin bahwa perubahan-perubahan besar selalu dimulai dari perubahan-perubahan kecil. Jika rantai kebiasaan ini tidak diubah dan terus-menerus berlaku pada genereasi-generasi selanjutnya, lantas bagaimanakah dengan nasib Indonesia di kemudian hari? Bagaimana para generasi penerus dapat melakukan perubahan bagi Indonesia apabila hal kecil seperti ini tidak dapat diubah? Saya tidak menyalahkan mereka sepenuhnya. Sebab, menurut saya, ada porsi kesalahan pemerintah daerah setempat pula yang tidak menyediakan tempat sampah dan tempat pengelolaan sampah (TPA). Selain itu, penting untuk diadakan sistem pengangkutan sampah dari rumah tangga hingga ke TPA agar sampah tidak semakin menumpuk terus-menerus dalam waktu lama karena dapat menajdi sarang bibit penyakit. Saya yakin, jika ketiga hal tersebut tersedia, masalah sampah-sampah yang berserakan baik di jalan maupun di pantai dapat teratasi sehingga akan meminimalisasi pula pencemaran lingkungan di sana di samping masalah kesehatan.
Hal ini didasari oleh pengalaman saat bermain sambil belajar dengan anak-anak di pantai serta pada saat melakukan kegiatan “Bincang Sore” (salah satu program kerja Rumah Kreatif) dengan para bapak dan para ibu. Mereka mau untuk membuang sampah pada tempat sampah darurat dari kardus bekas yang telah Tim Rumah Kreatif sediakan selama kegiatan berlangsung meskipun masih ada beberapa yang memang tetap buang sampah sembarangan. Namun, tim Rumah Kreatif coba untuk mengingatkan dan menghimbaunya untuk mengambil sampahnya kembali lalu memasukkan sampah tersebut ke kardus, mereka pun mau melakukan. Saya yakin bahwa keinginan untuk tidak buang sampah sembarangan pasti ada jika didukung oleh fasilitas tempat sampah yang mencukupi serta kesadaran bahwa lingkungan memang seharusnya dijaga demi kesehatan diri sendiri pula. Saya pun sudah melihat keinginan tersebut. Maka, melihat dari kebutuhan di Kelurahan Humusu C guna menciptakan kesadaran bagi para warganya menegnai kebersihan lingkungan, saya memiliki pendapat supaya pelajaran mengenai lingkungan hidup perlu diberikan di dalam kurikulum sekolah karena hampir sebagian besar waktu para murid dihabiskan di sekolah selain di rumah. Sebab, di sana, hanya ada mata pelajaran pokok saja sepeti matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), Bahasa Indonesia, dan lainnya sehingga diharapkan rasa kesadaran akan lingkungan dapat terinternalisasi. Namun, sayangnya ide ini belum sempat tercetuskan selama saya di sana.
Selain itu pula, Tim Rumah Kreatif menggalakkan kembali program Jumat Bersih yang sebenarnya program pemerintah daerah setempat tapi sudah lama mati dibantu oleh seluruh peserta K2N UI 2012 yang lainnya. Seluruh peserta K2N UI 2012 berpencar ke seluruh RT di Dusun Wini yang berjumlah 24 RT. Dalam program, Jumat Bersih tersebut, kami mencoba untuk berbagi ilmu dengan para warga untuk memilah sampah-sampah berdasarkan jenisnya yakni organik (sisa daun, sisa makanan, kertas, tisu, dan lainnya) dan anorganik (plastik, kaleng, kaca, dan lainnya) sebelum membuangnya atau membakarnya. Hal ini bertujuan agar jumlah sampah yang dibuang atau dibakar dapat diminimisasi serta tidak menimbulkan dampak yang lebih besar pada pencemaran lingkungan. Setelah selesai berbagi ilmu dengan para warga, kami melakukan kerja bakti bersama-sama dengan warga untuk membersihkan lingkungan rumah mereka. Hal ini bertujuan agar warga menyadari bahwa kebersihan lingkungan itu penting guna menjaga kualitas kesehatan para penghuninya sekaligus untuk mengaktifkan kembali program Jumat Bersih tersebut sehingga mampu menciptakan masyarakat yang berdaya.


    Secara singkat, pendidikan lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai metode baik itu di dalam pendidikan formal maupun informal. Upaya informal kepada para warga memiliki manfaat yang tak kalah pentingnya di samping upaya formal karena dapat membuat nmasyarakat menjadi berdaya. Upaya tersebut telah terbukti efektif dan berpengaruh positif  di dalam usaha minimalisasi kebiasaan  buang sampah sembarangan melalui tempat sampah darurat, program Jumat Bersih, dan berbagi ilmu pemilahan sampah oleh saya dan rekan Rumah Kreatif lainnya. Adapun tujuan dari pendidikan lingkungan ini ialah agar masyarakat mampu menjaga dan melestarikan lingkungannya, dalam hal ini ialah tidak membuang sampah sembarangan ke lingkungan. Hal ini dilakukan supaya keindahan ekosistem di Kelurahan Humusu C khususnya Dusun Wini tidak menjadi lebih buruk serta melindungi masyarakat dari ancaman penyakit yang dapat mengganggu kesehatannya. Kemudian, mahasiswa sebagai agen perubahan sudah sangat sepatutnya bukan hanya kuliah lalu pulang tapi juga melakukan pengabdian masyarakat. Melalui K2N UI inilah salah satu bentuk pengabdian saya bagi rakyat Indonesia dan saya pastikan pengabdian ini tak kan berakhir sampai di sini.

Comments

Popular posts from this blog

Prestasiku Untuk Masa Depan (1)

Eco – Green Hero : Permainan Edukatif Bertemakan Lingkungan Untuk Siswa Sd

Oleh : Gema Wahyudi   A.     BACKGROUND Pendidikan Lingkungan adalah salah satu ilmu tentang kenyataan lingkungan hidup dan bagaimana pengelolaannya agar menjaga dan menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pendidikan tentang lingkungan hidup sangatlah penting. Dengan diberikannya  pendidikan ini kepada masyarakat, diharapkan akan muncul kesadaran agar lingkungan tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjaganya. Pendidikan lingkungan ini harus diberikan kepada semua tingkat dan umur, baik melalui jalur sekolah maupun di luar sekolah. Semua jenjang pendidikan hingga masyarakat umum harus mendapatkan pendidikan tentang lingkungan hidup, tentunya dengan penyampaian yang berbeda. Pendidikan ini merupakan salah satu factor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan, meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Anak – anak, khususnya di jenjang SD harus sudah

Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Daerah Terpencil

oleh : Partin Nurdiani Pendidikan merupakan wadah penting yang menjadi titik krusial pembentukan mental, spititual, sekaligus intelektualitas bagi generasi bangsa. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang tidak ada habisnya. Mulai dari prestasi-prestasi anak didik kita di tingkat nasional maupun international hingga rendahnya kualitas pendidikan di daerah terpencil. Masih kurangnya sarana dan prasarana dan kualitas pengajarnya yang pas-pasan menjadi salah satu faktor penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. Sehingga kemajuan pendidikan di Indonesia hanya terpusat di daerah perkotaan sedangkan di daerah terpencil kurang diperhatikan. Tak jarang kurangnya perhatian pemerintah itu mengesankan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum benar-benar adil seperti apa yang tercantum dalam UUD 1945.