Skip to main content

Terdepan Juga Terbelakang : Sebuah Potret Pendidikan di Daerah Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia

ditulis Oleh : Irwin Septian

Dewasa ini telah lama kita ketahui pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia, semua hal dapat terungkap dan dijelaskan dengan adanya pendidikan. Tanpa pendidikan, mungkin bumi ini akan banyak dipenuhi orang-orang yang tak berakal dan perusak. Pemerintah pun telah gencar mempromosikan kepada warga negaranya agar dapat sekolah hingga minimal jenjang SMP (Wajib Belajar 9 tahun), kenapa pemerintah begitu perhatian sekali dengan pendidikan ? bahkan 20% APBN kita diambil hanya untuk pendidikan. Mestinya dengan dana begitu besar kita harus lebih maju dan bisa sejajar dengan negara lain.
            Indonesia merupakan negara kepulauan, kondisi geografisnya yang berupa banyak pulau dan banyak ditumbuhi hutan hujan tropis, menjadi tantangan bagi pemerintah dalam upaya pemerataan pendidikan di semua pulau, agar terkesan tidak “pilih kasih” dalam memberikan akses pendidikan dan dapat dijangkau seluas-luasnya oleh seluruh warga negara dengan harapan mereka paling tidak bisa baca tulis dan tidak buta aksara. Permasalahan utama yang membuat indonesia masih bertahan pada posisi negara beerkembang adalah dunia pendidikan kita. Ada yang salah dengan pendidikan kita, sehingga siswa-siswa kita belum bisa berbicara banyak di kancah internasional.
            Indonesia berada di kawasan Asia Tenggara dan berbatasan langsung dengan negeri jiran “malaysia” di Pulau Kalimantan, negara papua nugini yang berbatasan dengan provinsi papua, negara timor leste di provinsi nusa Tenggara timur. Ketiga provinsi yang berbatasan langsung dengan negara lain ini mendapat prioritas penuh atas penjagaan terhadap ancaman pertahanan dari negara lain. Otomatis, daerah ini istilahnya berada pada garis terdepan dalam lini negara kesatuan Republik Indonesia.
            Telah lama kita kenal mungkin daerah perbatasan identik dengan kemiskinan namun tidak sedikit pula yang sukses, kenapa hal ini bisa terjadi ? apakah mereka bekerja “banting tulang” untuk mencari sesuap nasi. Karena telah lama dikenal bahwa semakin jauh suatu daerah dari Ibukota provinsi maka harga barang di daerah itupun akan meningkat tajam. Dan hal ini terjadi di provinsi saya, Kalimantan Barat. Jauhnya jarak dan ketiadaan angkutan transportasi yang layak menjadi kendala masyarakar Kalbar.


            Namun, apakah itu menjadi suatu hambatan ? tentu tidak, jika pemerintah belum bisa menjangkau pendidikan yang layak untuk daerah kita, lantas kenapa kita harus berpangku tangan kepada negara. Indonesia sudah merdeka 67 Tahun tapi pemerataan di bidang pendidikan masih menjadi suatu masalah bersama yang cukup klasik, bila pemerintah tidak siap maka kitalah sebagai generasi muda, generasi garuda “sang harapan bangsa” bersiap untuk ikut andil dalam memajukan pendidikan kita. Jangan berharap apa yang bisa negara bisa berikan kepada kita, tapi pikirkan apa yang bisa kita berikan kepada negara.
            Miris memang apabila kita membandingkan dengan negara lain, pendidikan kita masih jauh dari kata merata. Indonesia Juara Olimpiade Fisika Internasional, Indonesia Juara Kontes robot Dunia ! sekilas membanggakan, tapi bila dilihat para pesertanya ? ya bisa ditebak pasti siswa dari pulau Jawa ! kenapa ? ada apa dengan Pulau lain ? Indonesia tidak hanya Jawa ? banyak pulau lain yang perlu diperhatikan sebagai kesatuan dalam Bingkai NKRI, namun bila dibiarkan masalah ini berlarut-larut maka jangan salahkan masyarakat pulau lain bila mereka lebih membanggakan negara lain, daripada negara kita. Contoh lagi saya lihat di Televisi, bagaimana potret pendidikan di Provinsi saya yang amat sangat jauh dari kata layak. Bayangkan sebuah sekolah dasar hanya memiliki 1 orang guru tetap dan 1 orang guru honorer, untuk mengajar sekitar 6 kelas dalam waktu yang bersamaan dan dengan kondisi ruangan yang cukup indah ! kenapa ? karena selain bisa memandang langit juga bisa memandang kelas lain alias tidak ada pembatas antara kelas satu dengan yang lainnya. Bahkan guru tersebut menyatakan di SD tersebut dia juga yang menjadi kepala sekolah, dia juga pengurus, dia juga Tata Usaha, dia juga pesuruh sekolah, dia juga penjaga sekolah. Cukup banyak beban yang harus ditanggung guru tersebut, mengingat keterbatasan inilah sang guru berinisiatif untuk tetap mengajar didaerah tersebut karena tetap mencintai Indonesia.
            Salut ! itulah kata yang mungkin keluar dari mulut saya ketika menyaksikan dokumenter tersebut, bagaimana tidak ? ditengah gencar-gencarnya pemerintah membangun sektor pendidikan ternyata ada “potret” panorama pendidikan kita yang jauh dari kata layak, jauh dari kata cukup, dan jauh dari tempat yang terjangkau, dan banyak jauh lagi yang akan membuat kita menganga dan berpikir, ini reformasi ataukah penjajahan. Sebagai generasi muda saya makin salut dengan orang-orang yang mau turun langsung ke lapangan untuk mendidik anak-anak kita untuk membuat mereka sukses, sungguh suatu pelajaran yang bermoral bagi saya sebagai calon guru yang nantinya akan menggantikan mereka.

            Saat ini, pemerintah telah banyak memberikan perhatian terhadap pendidikan di daerah terpencil ini terbukti dengan diadakannya program SM-3T oleh Dirjen Dikti Kemendikbud, program ini adalah program sarjana kependidikian yang akan membimbing atau mengajar di daerah 3T (Terpencil, Terjauh, dan Tertinggal). Sebuah terobosan yang cukup menggembirakan menurut saya, karena pemerintah akhirnya membuka mata bahwa Perbatasan dan daerah terpencil adalah aset dan “teras”nya Indonesia bukannya buritan. Saya harapkan dengan adanya program ini lulusan sarjana FKIP nantinya akan siap membantu mencerdaskan anak bangsa terutama di daerah yang 3T tadi, agar mendatang kelak, Indonesia akan dipenuhi oleh orang-orang berpendidikan, dan tidak dibodoh-bodohi lagi. Bukan lagi babu yang hanya disuruh-suruh, dan akhirnya bila program ini terwujud maka dampak pendidikan ini mempunyai dampak yang amat luas kepada manusia selama ia hidup, karena belajar adalah kegiatan sepanjang masa. Kita tidak bisa hidup tanpa belajar, dan senantiasa terus belajar.
            Semoga Indonesia tetap jaya !
            Indonesia ! Merdeka !
            Semangat dan Jayalah Selalu !

Comments

Popular posts from this blog

Prestasiku Untuk Masa Depan (1)

Eco – Green Hero : Permainan Edukatif Bertemakan Lingkungan Untuk Siswa Sd

Oleh : Gema Wahyudi   A.     BACKGROUND Pendidikan Lingkungan adalah salah satu ilmu tentang kenyataan lingkungan hidup dan bagaimana pengelolaannya agar menjaga dan menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pendidikan tentang lingkungan hidup sangatlah penting. Dengan diberikannya  pendidikan ini kepada masyarakat, diharapkan akan muncul kesadaran agar lingkungan tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjaganya. Pendidikan lingkungan ini harus diberikan kepada semua tingkat dan umur, baik melalui jalur sekolah maupun di luar sekolah. Semua jenjang pendidikan hingga masyarakat umum harus mendapatkan pendidikan tentang lingkungan hidup, tentunya dengan penyampaian yang berbeda. Pendidikan ini merupakan salah satu factor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan, meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Anak – anak, khususnya di jenjang SD harus sudah

Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Daerah Terpencil

oleh : Partin Nurdiani Pendidikan merupakan wadah penting yang menjadi titik krusial pembentukan mental, spititual, sekaligus intelektualitas bagi generasi bangsa. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang tidak ada habisnya. Mulai dari prestasi-prestasi anak didik kita di tingkat nasional maupun international hingga rendahnya kualitas pendidikan di daerah terpencil. Masih kurangnya sarana dan prasarana dan kualitas pengajarnya yang pas-pasan menjadi salah satu faktor penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. Sehingga kemajuan pendidikan di Indonesia hanya terpusat di daerah perkotaan sedangkan di daerah terpencil kurang diperhatikan. Tak jarang kurangnya perhatian pemerintah itu mengesankan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum benar-benar adil seperti apa yang tercantum dalam UUD 1945.