Jika akar sudah hilang lantas
bagaimana pohon akan dapat berdiri tegak.
Oleh
Citra Ashri Maulidina
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Budaya merupakan identitas sebuah bangsa. Tanpa
budaya negara akan tenggelam dan tidak dikenal dengan ciri khasnya. Warisan
budaya yang membuat suatu bangsa merasa memiliki akar. Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki
kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik,
ataupun adat istiadat yang dianut.
Dalam arus transformasi
budaya seakan kian terkikis, dikarenakan masuknya kebudayaan asing yang tidak
serta merta disaring oleh bangsa kita. Generasi muda mempunyai andil yang sangat
penting dalam pembangunan karena warisan budaya yang membuat bangsa mempunyai
akar. Ibarat Pohon, budaya adalah akar yang merupakan ciri khas suatu bangsa,
seni adalah batang, dan berbagai jenis seni adalah daunya. Jadi diperlukan
mengakar budaya yang dikembangkan dari aspek pendidikan.
Pendidikan
sudah seharusnya menjadi aspek dalam pembangunan budaya, karena sedari dinilah
anak harus dikembangkan dalam melestarikan budayanya. Jika tidak maka akan
semakin banyak budaya bangsa yang akan menghilang satu persatu secara perlahan.
Saat
ini jangan heran bila anak-anak di sekolah lebih mengetahui gagnam style sehingga mereka tidak mau
ketinggalan untuk mempunyai videonya bahkan mengikuti tariannya, selain itu
demam Boyband dan girl band dari K-Pop bahkan ketika datangnya salah satu boyband terkenal asal
Korea ke Indonesia ada yang rela harus antri berjam-jam demi menyaksikan
idolanya tampil.
Menyukai
gagman style, boyband, ataupun girlband tidak masalah, bukan berarti kita harus
menolak dan menutup rapat-rapat pintu kebudayaan asing yang mulai masuk secara
perlahan, akan tetapi bukan berarti kita tidak perduli dan meninggalkan budaya
sendiri. Kalau bukan dari generasi muda siapa lagi yang akan mewariskan budaya
dan seni tradiosional bangsa Indonesia. Siapa lagi yang akan bangga dengan
tarian Tor-tor, baju kebaya, alat musik angklung serta seni tardisional laninya
kalau bukan kita sebagai warga Negara.
Pemerintah,
sekolah serta siswa mempunyai peran sebagai warga Negara dalam melestarikan
budaya, tetapi harapan tidak semulus yang terjadi dalam kenyataannya. Saat ini
ada beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian, ada tiga permasalahan
yang menjadi kendala dalam pengembangan kebudayaan dan seni di sekolah saat
ini.
Permasalahan
utama dalam pengembangan budaya dan seni di sekolah adalah karena dari
pemerintah pusat pengembangkan kurikulum budaya dan seni belum terlalu
diprioritaskan mulai dari segi waktu dan cara pengajaran. Pertama rata-rata sekolah
di Indonesia sibuk memikirkan bagaimana murid-muridnya dapat lulus Ujian
Nasional dengan nilai yang baik sehingga dapat membawa nama harum sekolahnya.
Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran
yang wajib dipelajari dengan jam pelajaran ekstra bahkan sedari anak itu masuk
sekolah. Dapat dibandingkan dalam seminggu murid belajar matematika selama 6
jam sedangkan dalam belajar seni dan budaya seminggu hanya membutuhkan waktu
dua jam.
Dalam
cara pengajaran, dengan waktu yang terbatas budaya dan seni hanya sekedar
pengenalan secara teori tanpa ada praktek langsung dalam pengajaran. Murid di
sekolah cukup belajar bahwa tarian Sekapur Sirih berasal dari DKI Jakarta akan
tetapi gerakan tarian Sekapur Sirih pun belum sepenuhnya dipraktekan.
Kedua
dalam segi penyediaan sarana dan prasarana terkait pengembangan seni dan budaya
masih terbatas, dapat dihitung alat musik tradisional apa saja yang ada di
sekolah, Bahkan baju adat tradisional pun belum tetntu ada, kita hanya dapat
melihatnya di buku cetak.
Ketiga
dalam masalah prioritas, pendidikan kebudayaan dan seni bukanlah prioritas
utama, Jika anak ingin belajar tarian tradisional anak dapat mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler dengan alasan waktu yang tidak cukup, lagi-lagi budaya dan seni
dikesampingkan dalam pembelajaran di sekolah.
Jika
masalah ini terus berlanjut maka akar budaya akan semakin mengering dan jika
akar sudah tidak lagi kuat maka bagaimana pohon akan tumbuh dengan kokoh.
Berikut ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan dalam melestarikan budaya
melalui pendidikan.
Pertama
perlunya peranan pemerintah dalam mengembangkan kurikulum pendidikan dan
kebudayaan di sekolah, hal ini dimulai dari perbaikan dari segi waktu, Jika
biasanya hanya dua jam seminggu, bisa ditambahkan secara perlahan menjadi tiga
jam, akan tetapi hal ini juga diperbaiki dengan mengtasi maslalah yang kedua
yaitu cara pengajaran walaupu belajar tiga jam seminggu akan tetapi pengajaran
budaya dan seni akan lebih baik jika dikemas secara unik. Sekolah mendukung
dengan adanya praktek menari, memainkan alat musik, dan studi banding secara
rutin ke tempat pelestarian budaya seperti museum atau mengajak para murid
mengunjungi sanggar kebudayaan.
Kedua
dalam sarana dan prasarana diperlukan peran pemerintah dan sekolah dalam
mengembangkannya, seperti adanya dana khusus dan penyediaan beberapa seni
tradisional di sekolah seperti alat musik tardisional maupun baju adat juga
miniature rumah adat dimulai dari budaya dan seni tradisional daerah
masing-masing.
Ketiga
dalam masalah prioritas diperlukan peran sekolah dalam memprioritaskan budaya
dan seni selain pembelajaran akademik dalah satunya dnegan mengadakan pagelaran
kebudayaan di sekolah minimal enam bulan sekali, setiap kelas diminta tampil
dalam membawakan kesenian beberapa daerah di Indonesia atau bahkan pameran Baju
adat yang dikemas secara modern tanpa menghilangkan unsur aslinya.
Keempat
adalah bagaimana peran guru dalam menumbuhkan bangga berbudaya Indonesia, dan
bagaimana peran guru dalam menanamkan benih akar kebudayaan itu amatlah
penting. Kuncinya adalah belajar mencintai budaya sendiri sebelum mencintai
buadaya lain.
Itulah
beberapa aspek dalam mengembangkan budaya dalam pendidikan di Indonesia.
Diperlukan peran pemerintah, sekolah, juga murid yang memiliki peran sebagai
warga Negara yang wajib melestarikan budayanya.
Mengakar
budaya dimulai dari mengembangkan pendidikan budaya dan seni di sekolah, dalam
melestarikan budaya bangsa yang dimulai dari generasi muda.
voted
ReplyDeleteIni citra siapa ya?.... tulisannya menyayat hati.
ReplyDeleteGreat!
ReplyDeleteCukup menggugah dan membuat pembaca membuka mata lebar-lebar.
Vote =)
ReplyDeleteteman-teman kritik dan saranya makasih ya buat masukanya juga terimakasih :) dan yang udh vote dan like :) sungguh terimakasih :) salam budaya :)
ReplyDelete