Oleh : Nurdianah Fitri
Angklung
adalah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, terbuat dari bambu,
yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan
pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3,
sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat
musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.
Sebagai
orang Indonesia kita bersyukur dan berbangga diri karena alat musik asli Jawa
Barat ini telah mendapat tempat terhormat dan mendapat pengakuan di jagat raya.
Kita sudah sepantasnya bersyukur karena untuk menempatkan angklung menjadi
warisan budaya dunia bukanlah suatu pekerjaan mudah. Pasalnya, untuk memperoleh
pengakuan dan pengukuhan itu harus melalui proses penelitian, penelusuran
dokumen, dan penilaian dari seluruh anggota UNESCO yang jumlahnya 147 negara.
Sungguh butuh perjuangan dan perjalanan yang panjang agar angklung ini dapat
diakui sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia. Perjuangan panjang yang
dimaksud di antaranya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Dirjen Seni
dan Nilai Tradisional harus mengumpulkan dokumen-dokumen sejarah yang
membuktikan bahwa angklung memang berasal dari Indonesia. Beruntung Dirjen Seni
dan Nilai Tradisional berhasil menemukan dan membuktikan dokumen penting
tersebut. Salah satu dokumen penting adalah terdapatnya prasasti yang
menunjukkan bahwa angklung pertama kali ada dan ditemukan di Sukabumi Jawa
Barat pada 1903 dan pernah dipersembahkan sebagai cendera mata kepada Raja
Thailand.
Angklung
merupakan daftar mata budaya keempat Indonesia yang sudah diakui sebagai
warisan budaya dunia setelah sebelumnya pengakuan terhadap wayang, keris, dan
batik. Setelah berhasil memperjuangkan pengakuan angklung oleh dunia, apakah
sudah selesai perjuangan? Tentu saja belum! Perjalanan ke depan setelah
angklung resmi dikukuhkan sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia tentu
bangsa Indonesia masih memiliki satu tantangan dan kewajiban untuk terus
berjuang agar angklung ini lestari. Suatu perjuangan yang masih terasa cukup
berat ketika bangsa ini harus mewariskan alat musik goyang berbahan dasar bambu
ini kepada generasi muda penerus bangsa. Sejatinya pendidikan
secara umum adalah membangun manusia secara utuh dengan cara membangun
kesadaran setiap anak didik untuk memiliki eksistensi diri menjadi manusia
(human being) yang tidak hanya sekedar hidup yang memiliki karakteristik
kemanusiaan tetapi manusia yang memiliki kewajiban dalam mewujudkan
kemanusiaannya secara bersama dengan mahluk dan manusia lain. Di dunia ini
tidak ada satupun masyarakat yang tanpa budaya.
Sebenarnya yang paling penting dalam
pembelajaran seni budaya adalah bagaimana kita bisa mempertahankan seni budaya
daerah ini dan melestarikannya untuk diwariskan kepada generasi penerus bangsa
di tengah-tengah pengaruh global dunia dengan kreatifitas berbagai cara dan
metode pengajaran bukan terkukung pada kurikulum pengajaran seni-budaya.
Sungguh amat disayangkan bila anak-anak kita, generasi penerus seni budaya dan
tradisi kita sudah mulai tidak mengenal dan tak peduli lagi pada seni budaya
dan tradisi luhur nenek moyang yang tercipta, tumbuh, dan berkembang melalui
sebuah proses panjang dan tidak mudah. Saat ini usaha dan karya nyata para
pecinta dan aktivis seni budaya dan tradisi luhur yang mengakar di bumi pertiwi
sungguhlah amat kita butuhkan, bukan hanya guru seni dan budaya saja yang
berperan. Antara keduanya harus ada kerjasama secara nyata. Memang tidak
semudah membalikan telapak tangan untuk mempertahankan eksistensi seni budaya
daerah di tengah-tengah budaya modern sekarang ini, tetapi paling tidak ada
cara khusus atau metode yang digunakan oleh para seniman dan guru untuk
menghidupkan gairah generasi muda dalam mempelajari seni budaya.
Di dalam kurikulum dituliskan, sekolah
melaksanakan minimal 1 bidang seni dari ke 4 bidang seni yang ditawarkan. Ketentuan
ini berlaku sebagai standar minimal mengingat banyak sekolah diujung pinggir
Indonesia yang serba kekurangan. Bagi sekolah yang mampu memberikan lebih dari
satu atau dua bidang seni akan lebih baik mengingat kesempatan menggali dan
mengembangkan bakat dan minat berkesenian perlu dilaksanakan sejak usia dini. Upaya
peningkatan kualitas untuk guru seni budaya bisa dihitung dengan ujung kuku
sementara pelatihan untuk guru science dan matematika tidak ada hentinya
dilakukan. Hal ini semakin menyudutkan kualitas para guru seni budaya di
sekolah. Belum banyak guru di sekolah yang bersedia melakukan kegiatan belajar
mengajarnya dengan pendekatan dan metode yang membuat anak didiknya merasa
nyaman dan senang belajar. Andaikata hal ini sudah diterapkan hanya pada
sebagian guru yang sering mendapatkan pelatihan seperti guru IPA, matematika,
dan bahasa. Bagaimana dengan guru seni budaya ?
Pendidikan seni budaya juga dipandang memiliki peranan
dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan
kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang mencakup
kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik,
logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas,
kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Pendidikan
seni budaya yang memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membentuk karakter dan
kecerdasan serta keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 ini perlu mendapat
perhatian yang lebih. Pendidikan seni budaya di sekolah perlu dikembalikan agar
dapat secara optimal meningkatkan kreativitas, imajinasi dan inovasi anak
didiknya.
Dengan melihat dampak positif dari sistem
pelestarian angklung mulai dari Sekolah Dasar, Wajib Angklung ini bisa
diterapkan pada masing-masing sekolah. Dalam hal ini pemerintah bertindak tegas
untuk mewajibkan kesenian angklung di setiap sekolah. Tak dapat dipungkiri, keberadaan dan
kelestarian angklung di masa depan berada di tangan anak-anak sekarang sebagai
generasi penerus bangsa di masa depan. Pengenalan dan pembelajaran angklung
sejak dini menjadi prioritas utama yang harus dilakukan agar anak-anak
menguasai dan mahir dalam memainkan angklung. Jika sudah mengenal dan menikmati
seni angklung, tentu anak-anak akan memiliki rasa mencintai dan memiliki
terhadap angklung. Anak-anak dapat lebih mengerti kalau budaya ini harus
dilestarikan. Generasi penerus akan terbiasa dengan angklung dan pastinya akan
diteruskan ke generasi berikutnya. Dengan begitu kesenian angklung tidak akan
punah melainkan menjadi budaya yang tidak akan hilang.
Angklung adalah
budaya bangsa
Budaya adalah karakter
bangsa
”kami” lestarikan
budaya bangsa
Hidup Bangsa
Indonesia!
Alunan Rumpun Bambu di Tanah Indonesia adalah
sketsa keindahan bumi Tatar Sunda.
Comments
Post a Comment