Skip to main content

K.H Ahmad Dahlan dan Pendidikan Bangsa

Kiai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis panggilan di masa kecil adalah tokoh pembaharuan Islam yang ada di Indonesia. Terlahir dari seorang khatib Amin Masjid besar Yogyakarta KH Abu Bakar. KH Ahmad Dahlan menjadi seorang mujadid yang mengembalikan lagi kemurnian ajaran Islam ketika Islam saat itu telah kental dengan budaya kejawen. 

Dalam kondisi ritual keagamaan Islam di jawa saat itu, masyarakat Islam di jawa telah terjangkit penyakit aqidah yang di kenal dengan tahayul, bid’ah dan khurafat..Penyalit ini adalah sebuah pemahaman Islam yang sempit dan mencampuradukkan antara ibadah dan syrik agama seperti menziarahi kubur yang dikeramatkan dan meminta berkah di ritualnya, memberi makanan sesajen kepada pohon-pohon besar, percaya terhadap ramalan dukun dan percaya terhadap benda-benda yang di anggap jimat.

Dalam kehidupan penjajahan belanda saat itu, pendidikan menjadi suatu yang langka. Sekolah belanda hanya diperuntukkan bagi para kaum bangsawan dan itupun sangat dibatasi oleh pihak belanda. Sangat bisa dipastikan belanda tidak ingin bangsa jajahannya menjadi bangsa yang cerdas. Selain itu kondisi kesehatan warga di lingkungan Yogyakarta sangat menprihatinkan karena keadaan ekonomi masyarakat yang terjajah membuat mereka hidup dengan segala keterbatasan. Pakaian dengan bahan karung goni menjadi pemandangan umum saat itu, sehingga penyakit kulit sampai bungsu lapar banyak menjangkiti anak-anak. Ahmad Dahlan sebagai seorang yang terlahir dari seorang ulama dan pedagang berusaha mencari solusi dari masalah yang terjadi di masyarakat. Pemahaman Isalm modern yang melekat dalam pemikiran Ahmad Dahlan bersumber dari ajaran Muhammad Abduh dan Rasyd Ridho tokoh pembaharuann Islam di Mesir saat melakukan perjalanan haji (1902) dan menetap di Mekkah sejak tahun 1890. KH Ahmad Dahlan meyakini bahwa Islam tidak hanya sebatas ibadah namun Islam sebagai jalan hidup yang memberi solusi bagi kehidupan.

Sebagai seorang pedagang batik yang memiliki jaringan usaha meliputi Batavia, Cianjur, Semarang, Surabaya dan Padang serta aktivis pergerakan di Budi Utomo Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Pada tanggal 18 November 1912 dalam usianya yang ke 44 tahun bersama 6 tokoh lainnya RH Sjarkam, H Abdoelgani, H Sjoedja’, H Hisjam, H Fachrodin dan H Tamim Muhammadiyah berdiri. Dalam gerakannya Muhammadiyah bertujuan menegakkan amal makruf nahi munkar. Muhammadiyah meluruskan aqidah dengan memberantas tahayul, bid’ah dan kurafat (TBC,red). Praktek-praktek Islam yang kental dengan unsure kejawen perlahan tapi pasti di luruskan oleh Ahmad Dahlan dan kawan-kawan di Muhammadiyah dengan cara yang santun.

Pendidikan menjadi gagasan awal Ahmad Dahlan dalam meluruskan pemahaman yang ada di masyarakat. Dakwah yang dilakukan Ahmad Dahlan dilakukan dengan kultur yang konstektual dengan pola hidup masyarakat yang dekat dengan seni. Biola menjadi alat seni Ahmad Dahlan dalam mengajar. Suatu hari seorang murid bertanya kepadanya “apa makna Agama?” Ahmad Dahlan lalu memainkan biola dengan lantunan, indah, merdu dan membuat nyaman yang mendengar . Kemudian biola itu di berikan kepada anak yang bertanya dan dia memainkannya dengan suara yang memekikkan telinga. Ahmad dahlan mengatakan “ begitulah agama tergantung siapa yang membawa atau menyampaikan”. Ahmad Dahlan kuatir karena tidak ada persyarikatan yang yang membentuk sekolah Islam dengan pola pendidikan sekolah modern. Pendidikan yang ada saat itu adalah pendidikan pondok pesantren yang belum memiliki pola pondok modern seperti saat sekarang. Ahmad Dahlan juga tidak anti dengan pendidikan barat di buktikan dengan dirinya mengajar di sekolah belanda.

Pembaharuan islam yang dibawa Ahmad Dahlan telah membawa perubahan yang sangat luar biasa dalam format perjuangan Indonesia. Muhammadiyah yang pada awalnya sebagai gerakan social kemudian menjadi organisasi Islam modern yang memiliki amal usaha terbesar di Indonesia. Capaian yang dapat kita lihat adalah Tumbuhnya lembaga pendidikan Muhammadiyah dari TK sampai Perguruan Tinggi, Rumah Sakit Muhammadiyah, Lembaga keuangan Syariah, LAZIZMU lembaga amil zakat, dan lembaga social lainnya. Semua ini adalah bentuk implementasi yang di wujudkan Muhammadiyah dalam mencerahkan kehidupan bangsa yang awalnya hanya di awali dengan membuat aktifitas mengajar dan Penolong Kesengsaraan Oemom (PKO) bagi kaum mustad’afin atau proletar. Semangat Al-maa’uun telah menjadi dasar gerakan social Muhammadiyah dan terbukti mampu melahirkan para pemimpin-pemimpin yang berjuang bagi kemerdekaan Indonesia.

Sebut saja Soekarno muda yang ketika di buang di Bengkulu menikahi Fatmawati anak tokoh Muhammadiyah bengkulu dan aktif mengajar. Muhammad Hatta, Buya Hamka, dan M. Natsir yang berasal dari Sumatra Barat yang kental dengan ajaran Islam akibat arus perdagangan telah menjadi tokoh penggerak kemerdekaan. Jendral Soedirman yang memimpin pasukan gerilya bermula adalah seorang guru dan atas jasanya pasukan gerilya menjadi cikal bakal berdirinya TNI (Tentara Nasional Indonesia) sampai saat ini. Di Orde Baru dan Orde Lama banyak tokoh Muhammadiyah yang terlahir dan berkontribusi banyak dalam memajukan Indonesia. Ahmad Dahlan bukan hanya memberikan Muhammadiyah serta Amal Usaha untuk Indonesia. Namun Ahmad Dahlan telah berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebelum UUD 1945 dicetuskan. “Jadilah kalian dokter, Jadilah kalian insinyur, jadilah kalian Guru, jadilah kalian arsitektur tapi kembalilah kepada Muhammadiyah” (KH Ahmad Dahlan)

Comments

  1. mantap,,,,waktunya kita berbuat

    www.elhaq-pos.blogspot.com

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mengembalikan Karakter Indonesia Yang Sesungguhnya Dengan Kembali Menyalakan Semangat Seni Dan Budaya Yang Kini Mulai Padam

Oleh :  Fadjar Mulya Remaja merupakan generasi penerus bangsa, merekalah pemegang estafet kepemimpinan, mereka pulalah yang nanti menentukan masa depan negera Indonesia, mau bergerak kearah yang lebih baik atau mau tetap seperti saat ini, atau bahkan membuat negeri ini kearah yang lebih buruk, di tangan mereka kelak semua rakyat berharap suatu perubahan. Jumlah remaja di Indonesia adalah sekitar 26,7 % dari total penduduk Indonesia atau sekitar 63,4 juta jiwa (Vivanews 2012), jumlah yang cukup besar, dari 63,4 juta jiwa tadi sekitar 58 juta adalah Pelajar (Antaranews 2012) dan sekitar 4,8 juta adalah mahasiswa (Kompas 2011). Jumlah pelajar Indonesia ini hampir menyamai jumlah penduduk Inggris raya, artinya kita mempunyai potensi sumber daya manusia yang sangat besar, jika kita benar-benar mendidik remaja yang jumlahnya hampir menyamai jumlah penduduk Inggris raya tadi, tentu kelak Indonesia merupakan Negara yang disegani dunia, belum lagi kekayaan alam yang amat banyak, keane...

Eco – Green Hero : Permainan Edukatif Bertemakan Lingkungan Untuk Siswa Sd

Oleh : Gema Wahyudi   A.     BACKGROUND Pendidikan Lingkungan adalah salah satu ilmu tentang kenyataan lingkungan hidup dan bagaimana pengelolaannya agar menjaga dan menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pendidikan tentang lingkungan hidup sangatlah penting. Dengan diberikannya  pendidikan ini kepada masyarakat, diharapkan akan muncul kesadaran agar lingkungan tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjaganya. Pendidikan lingkungan ini harus diberikan kepada semua tingkat dan umur, baik melalui jalur sekolah maupun di luar sekolah. Semua jenjang pendidikan hingga masyarakat umum harus mendapatkan pendidikan tentang lingkungan hidup, tentunya dengan penyampaian yang berbeda. Pendidikan ini merupakan salah satu factor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan, meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan. Anak – anak, khususnya di...

Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Daerah Terpencil

oleh : Partin Nurdiani Pendidikan merupakan wadah penting yang menjadi titik krusial pembentukan mental, spititual, sekaligus intelektualitas bagi generasi bangsa. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang tidak ada habisnya. Mulai dari prestasi-prestasi anak didik kita di tingkat nasional maupun international hingga rendahnya kualitas pendidikan di daerah terpencil. Masih kurangnya sarana dan prasarana dan kualitas pengajarnya yang pas-pasan menjadi salah satu faktor penyebab pendidikan di daerah terpencil terkesan tertinggal. Sehingga kemajuan pendidikan di Indonesia hanya terpusat di daerah perkotaan sedangkan di daerah terpencil kurang diperhatikan. Tak jarang kurangnya perhatian pemerintah itu mengesankan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum benar-benar adil seperti apa yang tercantum dalam UUD 1945.